Selamat Datang | Muyasaroh Notes | Bersama Saling Berbagi dan Menjadi Pembelajar yang Hebat Muyasaroh Note

Sabtu, 26 Agustus 2017

Moment Coban Rais

DSC_0287
Bocah Jelajah (Dok. Pribadi)
Berulang kali bergiat di kota apel namun belum pernah singgah untuk berkunjung di satu tempat yang luar biasa kali ini. Perjalanan hidup yang satu ini sungguh indah. Menikmati sebuah petualangan yang mungkin moment-nya sekali. Pemandangan bisa saja berulang kali direkam dalam kamera. Tapi soal rasa dan moment belum bisa semuanya tertangkap dalam mesin tiruan mata.

Di kota Batu ada satu tempat yang dahulunya dikenal dengan Coban Sabrangan. Namun, akhir-akhir ini ngehits diperbincangkan oleh masyarakat umum sebab adanya inovasi baru di sekitar coban tersebut, dan lebih terkenal dengan sebuatan Coban Rais. Jika pembaca menyempatkan diri untuk berkunjung ke tempat ini namun tidak memutuskan untuk mendekati cobanya, penulis katakan "Anda sangat merugi".  Sayang sekali, satu moment petualangan telah dilewatkan.

Memang benar, tempat ini booming digencarkan baik melalui media sosial atau pemberitaan lainnya. Sebab view yang memanjakan mata untuk segera berfoto ria. Mengabadikan setiap titik di tempat ini. Inovasi yang dibuat di sekitar coban rais tersulap dengan beberapa spot unik, seperti adanya garden flower dan wahana foto both. Tempat inilah yang menjadi jujukan bagi pendatang dan itu sudah biasa,menurut penulis, berbeda jika di tempat air terjunnya. Air terjun dari tempat  ini masih jarang yang mau menjamahnya. Hal ini, dikarenakan medan untuk menuju tempat ini. Penuh tantangan, keren, dan seru.

traking 6
Tracking Coban Rais (Dok Pribadi)

Jalur yang dilewati untuk menuju air terjun berkelok. Semak-semak, bebatuan dan tanah lumpur harus dilewati. Apalagi menanjak ke tempat yang lebih tinggi. Waw, amazing. Sekitar 1 jam harus berjalan menuju coban. Dengan tantangan jalan yang luar biasa ditambah harus menyebarangi sungai-sungai kecil berbatu dan licin. Sebab ini juga, katanya coban rais bernama coban sabrangan sebelum berganti nama.

traking 1
Melewati Berbatuan Licin (Dok. Pribadi)
Lelah, pasti. Capek, apalagi. Namun, semuanya akan terhempas begitu saja ketika pengunjung mendekati dan melihat secara langsung air terjun yang luar biasa indahnya ada di depan mata. Udara dingin tidak akan peduli demi menikmati dan mendekat ke air terjun. Jadi, akan sangat disayangkan. Jika pengunjung tidak menjelajahi air terjunnya dan lebih memuaskan diri untuk berfoto-foto di sekitar flower garden atau wahana foto saja. Petualang sejati akan selalu mencoba hal baru dan haus akan tantangan dan salalu ingin tahu. Bersemangat dalam langkah dan asa yang tetap terjaga. Selamat mencoba.

tracking
Melewati Sungai (Dok. Pribadi)

traking 3
Terus Menyusuri Tracking (Dok. Pribadi)

sampai coban
Air Terjun Coban Rais (Dok. Pribadi)

sampai
CobaCoban Rais Edisi Foto-Foto (Dok. Pribadi)

ayunan
Salah Satu Spot Foto di Area Gorden Flower (Dok. Pribadi)


DSC_0286
Edisi Kedua Area Gorden Flower (Dok. Pribadi)

DSC_0823
Edisi Lainnya Area Spot Foto Gorden Flower Cuban Rais (Dok. Pribadi)
Read More »

Minggu, 11 Juni 2017

Ramadhan Plus-plus

Tiba-tiba jari saya kaku ketika membuka word. Hanya melihat kursor yang kedap-kedip. Bingung memulainya. Dalam pikiran saya banyak yang mau saya tuliskan tentang aktivitas di bulan ramadhan 1438 H kali ini. Beberapa pengalaman dan dunia baru yang saya geluti saat ini. Ok, satu dulu yang saya jejakkan di sini. Bertahap. Mengeluarkan apa yang sejak kemarin saya ingin tuliskan. Katanya, bulan ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Dalam setiap aktivitasnya akan di bandrol dengan pahala yang berlipat-lipat. Ganjaran yang di obral besar-besaran. Nah, ada sebuah aktivitas yang menurut saya seru, unik dan kreatif. Apalagi dalam aktivitas ini ada plus-plusnya.

Jumat (9/6) tepat ba’da salat ashar saya mendatangi lapangan T karah yang terletak di jalan karah Surabaya. Di lapangan tersebut terdapat aktivitas ngabuburit yang menurut saya sayang jika dilewatkan. Disebutnya “Ngamen” alias singkatan dari Ngabuburit Memanah.  Acara yang diadakan oleh sekumpulan pemuda dalam komunitas SWAT (Surabaya With Archery of Tradisional) dan bekerja sama dengan ACT (Aksi Cepat Tanggap). Sebenarnya bukan untuk pertama saya mengikuti aktivitas panahan ini, sudah beberapa kali. Namun, untuk aktivitas panahan kali ini berbeda.

Diawal saya sudah mengutarakan aktivitas memanah yang satu ini plus-plus. Kenapa saya bilang plus-plus? Sabar, nanti pembaca akan bisa menyimpulkannya sendiri. Ada sebuah hadits yang menuliskan seperti ini “Rasulullah shallahu alaihi wasalam bersabda: Tidak ada hiburan (yang bermanfaat) kecuali dalam tiga hal; seorang laki-laki yang melatih kudanya, candaan seseorang terhadap istrinya, dan lemparan anak panahnya. Dan barang siapa yang tidak memanah setelah ia mengetahui ilmunya karena tidak menyenanginya, maka sesungguhnya hal itu adalah kenikmatan yang ia kufuri.” (HR. Nasa’i). Nah, dari sini, hiburan mana lagi yang lebih baik di tengah-tengah ramadhan ini? hiburan yang tidak sekedar hiburan. Yang artinya plus berbahagia dengan sunnah Rosul kita.

Travelling, panahan, ramadhan, ngabuburit, muyasaroh, aksi cepat tanggap, ACT, Jawa Timur, memanah SWATT, belajar, agama, sunnah, teladan, tradisional, lapangan, T karah, surabaya, ketintang, dunia, bahagia, tulisan, may khakasa, Alquran, syekh klaled saad mohamed elsamouli, tausiyah, kajian, ceramah
Panahan (Dok. Pribadi)

Satu bidikan meluncur dari tangan saya. Walau belum berhasil untuk membidik lingkaran paling tengah berwarna merah tapi kefokusan saya masih menyentuh ke lingkaran berwarna kuning. Tak apalah, mesti banyak berlatih lagi.  Menyenangkan bukan? Sedikit-sedikit belajar memanah dengan busur anak panah sebelum dipanah dengan lainnya. Ups... he-he-he. Mari kembali ke topik tulisan. Keseruan dalam aktivitas ini, tidak hanya berhenti dengan sekedar melepaskan anak panah saja. Ditengah-tengah aktivitas memanah, datanglah salah satu ulama dari negeri Piramida bersama tim ACT (Aksi Cepat Tanggap).  Beliau dikenal dengan Syekh Khaled Saad Mohamed Elsamouli berasal dari Sudan. Membaur bersama para pemuda yang asik dengan busur dan anak panahnya.

Travelling, panahan, ramadhan, ngabuburit, muyasaroh, aksi cepat tanggap, ACT, Jawa Timur, memanah SWATT, belajar, agama, sunnah, teladan, tradisional, lapangan, T karah, surabaya, ketintang, dunia, bahagia, tulisan, may khakasa, Alquran, syekh klaled saad mohamed elsamouli, tausiyah, kajian, ceramah
Kedatangan Syekh Khaled Saad Mohamed Elsamouli bersama ACT (Dok. Pribadi)
Sejenak, aktivitas memanah terhenti dan berganti dengan sebuah tausiyah pengisi hati. Memberikan cerita dan pesan kepada kami tentang bangganya menjadi seorang muslim. Membuka cakrawala dan mengetuk hati seluruh pemuda di tengah-tengah lapangan. Tidak hanya bertausiyah saja. Namun panahan kali ini, juga mengajarkan kepada kami tentang arti sebuah ketulusan dan kepedulian. Tulus dari hati untuk memberi. Peduli dengan kasih untuk berbagi. Setiap manusia di dunia memang mencari suatu kebahagiaan. Kebahagiaan dari dunawi, namun ingat, tak ada yang lebih hakiki selain kebahagiaan selain duniawi itu.


Travelling, panahan, ramadhan, ngabuburit, muyasaroh, aksi cepat tanggap, ACT, Jawa Timur, memanah SWATT, belajar, agama, sunnah, teladan, tradisional, lapangan, T karah, surabaya, ketintang, dunia, bahagia, tulisan, may khakasa, Alquran, syekh klaled saad mohamed elsamouli, tausiyah, kajian, ceramah
Tausiyah ditengah-tengah memanah (Dok. Pribadi)
Jika sebagian insan diluar sana banyak yang memilih bersenang-senang dan mementingkan diri sendiri. Maka coba renungkan ini, 24 jam waktu berotasi. Menyita segala aktifitas untuk keperluan dunawi semata hingga lupa dengan kabar dibelahan dunia lainnya. Kabar dari nasib kehidupan orang lain yang tak seberuntung dari saya. Kabar dari mereka yang masih memperjuangkan hidupnya yang belum bisa dipastikan bisa atau tidak bisanya hidup. Sudah tahukah kabar saudara di belahan bumi syam yang tiap kali hidup dalam ketakutan? Kelaparan yang tiap hari dirasakan? Penganiayaan yang tiap hari dirintihkan? Kondisi yang serba krisis dan pertaruhan nyawa disaksikan? Ah, sungguh mengerikan jika hidup hanya dalam naungan duniawi tanpa memperdulikan kehidupan lainnya. Bersenang-senang menjadi kebiasaan hingga hati menjadi kaku dan keras. Sungguh miris. Mungkin, ramadhan kali ini bisa menjadi moment spesial sebagai batu loncatan untuk berubah. Hijrah untuk menjadikan hidup ini penuh makna dan berarti. Baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Boleh bersenang-senang dalam duniawi namun jangan sampai lupa dengan kehidupan setelah duniwi. Bersenang-senang dengan aktivitas yang masih dalam koridor agama dan menjadi investasi kehidupan akhirat kita. Bagaimana dengan pembaca? Sudahkah ramadhan kali ini plus-plus? Mari sama-sama menjadikan moment ramadhan kali ini penuh arti dalam cerita hidup kita. ^ ^

Travelling, panahan, ramadhan, ngabuburit, muyasaroh, aksi cepat tanggap, ACT, Jawa Timur, memanah SWATT, belajar, agama, sunnah, teladan, tradisional, lapangan, T karah, surabaya, ketintang, dunia, bahagia, tulisan, may khakasa, Alquran, syekh klaled saad mohamed elsamouli, tausiyah, kajian, ceramah
Syekh Khaled dalam Tausiyahnya (Dok. Pribadi)
Read More »

Kamis, 01 Juni 2017

Gong Perdamaian Nusantara Palu

Urek-urek berlanjut kembali. Rasanya ada beban moral jika tulisan itu tidak dikhatamkan. Tempo hari saya mengulas sebuah cerita yang saya jejakkan di sini [baca: Palu dengan Taman Edukasi Nosarara Nosabatutu]. Perjalanan ini belum berakhir, masih berkutat dengan Taman Edukasi. Setelah Nosarara Nosabatutu, saya hengkang dari tempat tersebut. Bergeser ke satu tempat yang harus saya kepoin.

Panasnya Palu, saya tepis untuk menuju sebuah gong. Disebutnya Gong Perdamaian yang disimbolkan sebagai perdamaian nusantara. Adanya simbol perdamaian di salah satu ibu kota povinsi Sulawesi Tengah, mungkin sudah tidak asing lagi alasannya. Di provinsi ini memang sering diberitakan adanya konflik. Konflik yang memicu peperangan antar sesama. Nah, sebab alasan itulah gong ini didirikan untuk mempererat tali persaudaraan dan perdamaian dari segala ricuh yang mengandung konflik. Baik konflik antar agama, ras, budaya, suku bahkan adanya teroris.

budaya, edukasi, gong perdamaian, Home, Indonesia, Inspiratif Story, keren, konflik, May Khakasa, monumen, Nusantara, Palu, penulis, Siti Muyasaroh, sulawesi tengah, traveling, writer, provinsi, simbol, nusantara, lambang, indonesia, seni, kearifan, patung, indah, pemandangan, wisata, wisata alam, touring
Gong Perdamaian Palu (Dok. Pribadi)

Sangking pentingnya gong ini, hingga menuju tempatnya pun harus melepas alas kaki. Setelah melewati beberapa anak tangga, barulah saya bisa dikatakan benar-benar berdekatan dengan gong ini. Telihat pada gongnya ada satu lingkaran yang paling dalam dan kecil. Bentuknya menonjol ke depan dengan gambar peta NKRI. Lingkaran kedua terdapat lima simbol agama yang ada di Indonesia. Diluar simbol tersebut ada sebuah tulisan “Gong Perdamaian Nusantara, Sarana Persaudaraan dan Pemersatu Bangsa”. Kemudian terdapat 33 simbol provinsi dan sekitar ratusan simbol daerah dari berbagai kota dan kabupaten di Indonesia.

Sudah puas mengamati sekaligus berfoto gembira di area gong, dari tempat saya berdiri tepat  di depan gong saya melihat kota Palu beserta pegunungan dan lautnya sejauh mata memandang. Lagi-lagi, indra penglihatan saya dimanjakan oleh indahnya Indonesia. Saat saya tengok ke arah bawah tepat saya berdiri ada sebuah patung. Patung seorang wanita dengan membawa sebuah kendi yang berisikan air. Katanya, patung tersebut dilambangkan sebagai ibu pertiwi yang selalu menyirami kesuburan tanah air. Sama halnya juga dengan sebuah patung di sisi lain yang terlihat membawakan sebuah alat musik tradisional yang katanya pun dilambangkan sebagai seninya Indonesia. Wah... sungguh indah bukan main patung-patung dan hiasan ditempat ini yang ternyata dalam setiap sisinya mengandung sebuah makna. Makna yang harus kita pahami. Dihormati dalam keadaanya. Dan dijalani dalam setiap artiannya. Alangkah indah benar, jika makna dari bentuk setiap perlambangan dan patungnya benar-benar ada untuk diaplikasikan dalam kehidupan yang sesunggunya. Agar tidak hanya menjadi lambang-lambang yang sejatinya ia berkata namun tak berdaya untuk digerakkan dan diwujudkan.


budaya, edukasi, gong perdamaian, Home, Indonesia, Inspiratif Story, keren, konflik, May Khakasa, monumen, Nusantara, Palu, penulis, Siti Muyasaroh, sulawesi tengah, traveling, writer, provinsi, simbol, nusantara, lambang, indonesia, seni, kearifan, patung, indah, pemandangan, wisata, wisata alam, touring
Gong Perdamaian (Dok. Pribadi)

budaya, edukasi, gong perdamaian, Home, Indonesia, Inspiratif Story, keren, konflik, May Khakasa, monumen, Nusantara, Palu, penulis, Siti Muyasaroh, sulawesi tengah, traveling, writer, provinsi, simbol, nusantara, lambang, indonesia, seni, kearifan, patung, indah, pemandangan, wisata, wisata alam, touring
Di depan Gong Perdaaian (Dok. Pribadi)


Read More »

Sabtu, 27 Mei 2017

Palu dengan Taman Edukasi Nosarara Nosabatutu

Provinsi yang satu ini memang panas. Letaknya yang termasuk nol derajat dari garis khaltulistiwa membuatnya menyengat. Nah, kali ini saya ingin menuliskan satu tempat yang sempat saya singgahi ditengah-tengah riuhnya aktifitas di kota Palu, Sulawesi Tengah.

Terik matahari di kota ini memang tinggi, ditambah pula kondisi tanah yang lebih banyak berpasir dan liat. Sejenis tanah alluvial yang memiliki unsur zat hara yang sedikit menambah hawa sumer kata orang jawa. Walau demikian, tempat ini indah. Seperti taman edukasi Nosarara Nosabatutu yang saya kunjungi. Tempatnya agak sedikit naik ke perbukitan. Sejauh mata memandang dari atas perbukitannya, kota palu terlihat dengan jelas bersama pegunungan dan lautnya yang sungguh memanjakan mata. Indonesia memang luar biasa kerennya.

bukit, edukasi, gong perdamaian, Home, Indonesia, Inspiratif Story, May Khakasa, monumen, nosarara nosabatutu, notes, Palu, perjalanan, Siti Muyasaroh, sulawesi tengah, taman, traveling, nosarara nosabatutu, palu, wisata, gong, liburan, taman, bukit, brigadir
Nosarara Nosabatutu (Dok. Pribadi)
Tiba-tiba saya kepo tentang satu taman edukasi ini sebab bentuknya yang unik. Saya coba menyusurinya. Saya berdiri tepat di depan bangunannya. Saya amati diam-diam mulai dari bawah hingga ujung. Dan sungguh, lagi-lagi saya dibuat takjub. Taman ini memang masih terhitung baru, umurnya masih muda. Diresmikannya baru bulan Mei 2014 lalu oleh Brigadir Dewa Persada. Letaknya ada di kelurahan Tondo, Mantikulero, kota palu. Bentuknya yang berundak dan diatasnya ada sebuah patung obor. Menambah gagahnya bangunan. Katanya, tempat ini menjadi simbol semangat persatuan dan persaudaraan dari seluruh anak bangsa. Sengaja bentuk bangunan ini sedemikian rupa dibuat pasti ada artinya. Ada tiga tingkat undakannya, yang memiliki makna keseimbangan dalam hidup. Yang menggambarkan hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan penciptanya dan manusia dengan lingkungannya.

bukit, edukasi, gong perdamaian, Home, Indonesia, Inspiratif Story, May Khakasa, monumen, nosarara nosabatutu, notes, Palu, perjalanan, Siti Muyasaroh, sulawesi tengah, taman, traveling, nosarara nosabatutu, palu, wisata, gong, liburan, taman, bukit, brigadir
Di depan Taman Edukasi Nosarara Nosabatutu (Dok. Pribadi)
Berlanjut pada atapnya. Ada yang unik, di sini ada berbagai lambang tempat ibadah semua agama di tanah air. Yang maknanya juga akan bersambung pada sikap saling menghormati dan menghargai segala bentuk keyakinan dalam beragama. Di luar bagunan ini ada satu tempat yang tak kalah bagusnya untuk dituliskan. Apa itu?? Tunggu sejenak coretan saya selanjutnya. Selamat berkarya sang pejalan. ^ ^

bukit, edukasi, gong perdamaian, Home, Indonesia, Inspiratif Story, May Khakasa, monumen, nosarara nosabatutu, notes, Palu, perjalanan, Siti Muyasaroh, sulawesi tengah, taman, traveling, nosarara nosabatutu, palu, wisata, gong, liburan, taman, bukit, brigadir
Di atas bukit Nosarara Nosabatutu (Dok. Pribadi)

Read More »

Kamis, 25 Mei 2017

Masjid di atas (Laut) Kota Palu

Tak pernah berhenti untuk menyebutkan kalimat-kalimat keagungan Sang Illah. Saat berdiri dalam sebuah ketakjuban yang luar biasa. Sontak saya berpikir, "ini bukan sebuah perjalanan bertugas yang biasa-biasa saja, so amazing,”. Tak sabar saya menuliskan perjalanan ini dalam note yang ada pada mesin genggam buatan manusia. Bukan tentang tugas apa yang sedang saya lakoni. Tapi sebuah perasaan kagum. Kagum dengan segala yang terjadi sejauh mata memandang.

Salah satu ibu kota di Sulawesi, tepatnya di kota Palu. Ada sebuah tempat, dimana tempat tersebut indah dengan hiasan kelap kelip lampunya, jalanannnya seperti lorong tanpa atap yang memesona. Berjalan diatasnya dengan pemandangan kanan dan kiri laut yang berirama nyanyian duyung. Sungguh memesona untuk memanjakan indra penglihatan.

Home, Indonesia, Inspiratif Story, masjid terapung, jembatan kuning, kota, icon, lamang, nusantara, islam, damai, keagungan, May Khakasa, Palu, pengalaman, perjalanan, Siti Muyasaroh, sulawesi, sulawesi tengah, traveling, travelling, Masjid, Palu, mercusuar, gubernur, argam bab al rahman, laut, indonesia, pesona
Masjid Terapung Palu (Dok. Pribadi)
Dikenalnya dengan sebutan masjid terapung kota palu, masjid Argam Bab Al Rahman yang diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Tengah pada tanggal 12 Januari 2012. Masjid ini berada ditengah-tengah kota. Dekat sekali dengan salah satu jembatan yang menjadi icon kota ini. Nanti saya bahas tentang jembatan itu di lain tulisan saja. Saat ini, hati saya menggebu untuk menggoreskan satu tempat yang membuat saya sedari tadi terkagum. Masjid terapung.

Bukan persoalan tentang indahnya masjid yang kerap malam kubahnya memancarkan tujuh warna dengan alat khusus didatangkan langsung dari Cina. Bukan karena suasana yang dibawa angin bersama deburan ombak laut yang belum terlalu kuat. Pun bukan karena letaknya yang berada di tengah laut yang diberdirikan dengan pilar-pilar beton berkedalam puluhan meter. Namun, sebuah perasaan yang luar biasa dirasakan. Saya bersujud kepada Rabb Yang Maha Agung di atas keagungan tempat ini. Sungguh tak ada kata atau kalimat yang indah lagi untuk tertuliskan selain kalimat-kalimat keindahan-Nya. Allahu Akbar, MasyaAllah.

Home, Indonesia, Inspiratif Story, masjid terapung, jembatan kuning, kota, icon, lamang, nusantara, islam, damai, keagungan, May Khakasa, Palu, pengalaman, perjalanan, Siti Muyasaroh, sulawesi, sulawesi tengah, traveling, travelling, Masjid, Palu, mercusuar, gubernur, argam bab al rahman, laut, indonesia, pesona
Teras Masjid Terapung Palu (Dok. Pribadi)

Read More »

Jumat, 28 April 2017

Rumah Adat Toli-toli

Entah mengapa saya tak bosan untuk bercerita tentang keunikan dari sebuah kota terkecil yang berkembang dari satu pulau di provinsi Sulawesi Tengah. Kota ini berasal dari kata Totolu yang berarti tiga. Konon masyarakat mengartikannya sebagai tiga manusia kayangan turun ke bumi dengan menjelma melalui tiga bentuk. Pertama, olisan bulan dalam bahasa Indonesia berarti bambu emas. Kedua, bumbung lanjat yang bermakna puncak pohon langsat. Dan ketiga, ue saka yang dapat dipahami seperti sejenis rotan. Kemudian berganti menjadi Tontoli dan terakhir berubah menjadi Toli-toli. Jika dipikir, berat sekali kalimat pembuka dalam cerita ini. Berkaitan dengan sejarah yang memenatkan. Santai, boleh diberhentikan membacanya, cukup sampai di sini jika menurut pembaca dirasa membosankan. Ini hanya pemanasan, saya tidak akan membahas masa lampau dari kota ini. Ada hal lain yang ingin saya bagikan.

Di kota ini, ada sebuah rumah adat. Namanya Balre Masigi yang dibangun di tempat bekas istana para raja Toli-toli, bentuknya sangat unik. Penuh arti keislaman, sebab memang dulu kota ini dipimpin oleh seorang raja dan kejayaan dirasakan setelah agama Islam memasukinya. Rumah-rumah adat di luar pulau Jawa, pasti identik dengan rumah yang berbentuk panggung. Hanya saja, ada hal-hal unik yang menjadi pembeda. Bentuk atap Balre Masigi bertingkat berjumlah lima susun yang melambangkan rukun Islam. Dalam bahasa Toli-toli, tangga yang digunakan disebut ondan diapala dengan ditambah ornamen kepala buaya. Memiliki arti sebagai kekuasaan dan menggambarkan bahwa masyarakat suku Toli-toli bersifat sabar tetapi seketika marah jika wilayah daerahnya diganggu. Warna rumah adatnya pun khas kota ini, yaitu kuning.

About me, beranda, berbagi, pulau,laut,gunung, balre masigi, toli-toli, berproses, budaya, bukit, chat, education, edukasi, gong perdamaian, Home, ilmu, impian, Indonesia, Inspiratif Story, keren, konflik, kota, kuliner, kumpulan puisi, Luar negeri, masjid terapung, May Khakasa, maykhakasa, monumen, non fiksi, nosarara nosabatutu, notes, Nusantara, Palu, pengalaman, penulis, perjalanan, pizza, pulau, ramadhan, Review, share, Siti Muyasaroh, sukses, sulawesi, sulawesi tengah, taman, tips, toli-toli, traveling, travelling, writer, wisata, nusantara, adat, tradisional
Balre Masigi Toli-toli (Dok. Pribadi)
Balre Masigi ini, diresmikan oleh Bupati Toli-toli pada tanggal 6 Desember 2006 bernama Bapak Ma’ruf Bantilan. Ketika memasuki wilayah halaman rumah adat ini tak ada tarif yang dikenakan, langsung masuk saja. Pikir saya, ketika masuk ke dalam rumah tersebut juga akan mudah layaknya memasuki halaman. Namun rumah tersebut terkunci yang artinya pengunjung dilarang masuk ke dalam. Rasa penasaran akan isi di dalamnya pun hilang. Tapi view dari halaman rumah ini cukup apik. Sayang sekali jika melewatkan moment berfotonya. Esok, ketika saya kembali lagi menghampiri rumah ini saya akan usahakan memasuki dan akan menambahkan sedikit ceritanya. Selamat membaca.. ^^

About me, beranda, berbagi, pulau,laut,gunung, balre masigi, toli-toli, berproses, budaya, bukit, chat, education, edukasi, gong perdamaian, Home, ilmu, impian, Indonesia, Inspiratif Story, keren, konflik, kota, kuliner, kumpulan puisi, Luar negeri, masjid terapung, May Khakasa, maykhakasa, monumen, non fiksi, nosarara nosabatutu, notes, Nusantara, Palu, pengalaman, penulis, perjalanan, pizza, pulau, ramadhan, Review, share, Siti Muyasaroh, sukses, sulawesi, sulawesi tengah, taman, tips, toli-toli, traveling, travelling, writer, wisata, nusantara, adat, tradisional
Teras Balre Masigi (Dok. Pribadi)
About me, beranda, berbagi, pulau,laut,gunung, balre masigi, toli-toli, berproses, budaya, bukit, chat, education, edukasi, gong perdamaian, Home, ilmu, impian, Indonesia, Inspiratif Story, keren, konflik, kota, kuliner, kumpulan puisi, Luar negeri, masjid terapung, May Khakasa, maykhakasa, monumen, non fiksi, nosarara nosabatutu, notes, Nusantara, Palu, pengalaman, penulis, perjalanan, pizza, pulau, ramadhan, Review, share, Siti Muyasaroh, sukses, sulawesi, sulawesi tengah, taman, tips, toli-toli, traveling, travelling, writer, wisata, nusantara, adat, tradisional
Halaman Balre Masigi (Dok. Pribadi)
Read More »

Kamis, 20 April 2017

Jalan Baru Penikmat Wedang

Ada satu cerita lagi yang ingin saya tulis. Sayang jika ini dilewatkan. Pada postingan saya lalu (baca: Kuliner mantap di (Pulau) Kota Kecil), sedikit saya ceritakan tentang satu kuliner yang tidak kalah mantap. Jenis kuliner yang berasal dari satu kota kecil di pulau yang dikenal dengan bentuknya menyerupai huruf “K”. Dimana saat ini saya berdiri pada satu sudut provinsinya, tepatnya di Provinsi Sulawesi Tengah, kota Toli-toli.

Udara di kota tersebut saya akui, memang sangat panas. Dibanding dengan kota Surabaya, kota ini tak kalah panasnya. Bedanya kota metropolitan kedua tersebut berudara panas, sebab terik matahari di atas ubun-ubun kepala ditambah dengan udara kotor dari padatnya kendaraan dan gedung-gedung yang menjulang  tinggi berbahan kaca, sedang kota kecil ini bukan karena hal itu. Selain karena mataharinya, udara panas dari laut yang terasa menggigit kulit.

Sejauh mata memandang, memang kota ini penuh pesona. Pegunungan tertata dengan indah dan hamparan laut terbentang dengan luasnya. Sungguh, jika pembaca berkunjung ke tempat ini akan banyak senyuman dan ketakjuban. Kali ini saya bukannya akan membahas tentang indahnya kota ini, nanti saja di lain cerita. Ini sekadar pembukaan.

Rabu (1/3) setelah aktifitas sehari yang melelahkan, kali ini ada seorang rekan yang mengajak untuk sejenak beristirahat menikmati udara segar sembari berjalan menuju persinggahan. Kami melewati sebuah tempat yang bisa dikata sederhana tapi indah. Tepatnya jalan Baru di sudut kota ini, terdapat tempat ngopi, ngopinya anak muda. Tempat ini buka mulai sore hingga malam hari. Walau tempatnya hanya sederhana dari dipan, tak pernah sepi dari pengunjung. Sebab yang disugguhkan adalah ciri khas dari kota ini.

wedang, kuliner, jahe, anget, susu, tradisional, nusantara, minuman jahe, minuman susu, toli-toli, sulawesi, sulawesi tengah, terpencil, kuliner, jalan-jalan, wisata, pantai, dermaga, laut, bukit, sareba, khas, dabu-dabu, rica, pedas, enak, nikmat, susu, ngopi, kopi, santai, sore, senja, baru,khas, pulau, traveling, pengalaman
Sareba (doc. Pribadi)
Terkenal dengan namanya “Sareba” minuman khas kota ini. Sejenis wedang jahe yang diseduh dengan susu. Jahenya sangat terasa di lidah, berbeda dengan minuman jahe yang pernah saya rasakan di Jawa, ada ciri khasnya sendiri. Ketika meminumnya, rasa susu yang bercampur dengan wedang jahe masih tertingggal nikmatnya di bibir. Sareba di kota ini selalu dihidangkan dengan pisang goreng dan tak lupa dengan rica-rica. Semua makanan yang disajikan di kota ini selalu disandingkan dengan rica-rica. Entah, makanannya manis ataupun asin selalu bersama rica-rica ataupun dabu-dabu.

wedang, kuliner, jahe, anget, susu, tradisional, nusantara, minuman jahe, minuman susu, toli-toli, sulawesi, sulawesi tengah, terpencil, kuliner, jalan-jalan, wisata, pantai, dermaga, laut, bukit, sareba, khas, dabu-dabu, rica, pedas, enak, nikmat, susu, ngopi, kopi, santai, sore, senja, baru,khas, pulau, traveling, pengalaman
Pesona Sareba (Dok. Pribadi)
Selain minumannya yang nikmat, tempatnya pun sangat memesona. Meminum sareba bersama pisang goreng lengkap dengan rica-rica, ditambah dengan ruangan terbuka berhadapan dengan lautan dan gunung, sungguh sangat memanjakan mata dan rasa. Tempat ini memang akan dirindu bagi tiap orang yang mengunjunginya. Sungguh ciamikkk.

Read More »