Selamat Datang | Muyasaroh Notes | Bersama Saling Berbagi dan Menjadi Pembelajar yang Hebat Muyasaroh Note: 2018

Jumat, 05 Oktober 2018

Delegasi Relawan dari Forum Lingkar Pena (FLP)

#Part1 Relawan Pembelajar

Ada sebuah nasihat yang bisa menjadikan kita terus bersemangat untuk merayu cinta-Nya. Karena penulis seorang muslimah, maka nasihat yang ampuh dalam mengarungi kehidupan adalah berpedoman pada Kitab Alquran dan As-sunnah Nabi. Bukan maksud menggurui, tapi kita sama-sama belajar di sini. Tentang lima hal yang akan dipertanggung jawabkan dalam hidup ini. Tentang umur untuk apa digunakan, kemudian tentang masa muda yang habis untuk apa, lalu dari mana harta yang diperoleh dan kemana dibelanjakannya, terakhir tentang amalan pada ilmu yang diketahui.

Salam pembuka dari penulis yang terus berusaha menjadi pembelajar yang baik kemana pun penulis berguru dalam bangku kehidupan ini. Ada sebuah perjalanan yang telah dilakukan oleh penulis dari kota metropolitan pertama, kembali ke kota Pahlawan, kemudian berlanjut ke suatu kota yang dikenal dengan motonya sebagai kota Sanggam dibelahan pulau Kalimantan, hingga berakhir di salah satu pulau yang sedang hangat diperbincangkan untuk bangkit kembali dari bencana alam yang menguji seisinya, Lombok, NTB.

Rentetan petualangan hidup yang dilakukan oleh penulis. Satu yang paling berkesan. Perjalanan ini memang diluar profesi yang setiap hari digeluti. Waktu libur yang lama dari tempat kerja memberikan peluang penulis untuk mencurahkan panggilan hati yang tertahan berbulan-bulan lamanya. Sebab waktu dan kesempatan yang belum bersahabat. Keputusan pergi untuk menjadi salah satu relawan bencana gempa bumi di Lombok, memberikan pembelajaran dan hikmah tersendiri bagi penulis.

Dari pemberangkatan yang sedikit berdrama. Kepulangan dari kota Berau (yang dikenal juga dengan kota Sanggam, Kalimantan Timur) menuju Surabaya. Serasa hanya singgah sebentar untuk berganti koper menjadi carier, tidur dan say something kepada keluarga kemudian berangkat lagi. Padahal, bisa dikatakan naluri rindu seorang perempuan kepada Ibu, Bapak, Nenek, Adik dan Kakak masih membuncah di ubun-ubun setelah kepergian yang lama meninggalkan Jawa. Tapi, hati ini memanggil untuk pergi dan restu keluarga pun telah disetujui. Pun dengan senang hati mereka melepas kepergian. Bisa dikatakan ini adalah bonus perizinan setelah diforsir proyek Berau, kemudian melakukan liburan aksi  sosial berpahala.

LAZNAS BSM, Bank Syariah Mandiri, BSM, FLP, Forum Lingkar Pena, FLP SBY, Bencana Lombok, Gempa Bumi Lombok, relawan, delegasi, belajar, pembelajar, penulis, kepenulisan, muyasaroh, ITS, NTB, Lombok, Trauma Healing, Stress
Delegasi Relawan FLP dan LAZNAS BSM
(Doc.Pribadi)
Kegiatan bersosial memang selalu menjadi obat kala suntuk. Apalagi menemukan teman baru dari berbagai kalangan, dan melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk banyak orang sekaligus belajar bersama akan menghempas yang namanya lelah serta suntuk. Nah, bagi pembaca yang sudah mulai merasakan tulisan ini bertele-tele, belum masuk pada intinya. Sabaaarrr. Karena sesungguhnya, penulis sedang menata kata yang akan dikeluarkan dalam tulisan ini untuk memulainya.

Penulis Aktif di salah satu organisasi kepenulisan terbesar di Indonesia yang cabangnya tidak hanya di dalam negeri, tapi sudah meraja rela keluar negeri. Dikenalnya dengan nama Forum Lingkar Pena (FLP). Seperti diketahui bersama, bencana gempa bumi yang terjadi di Lombok, NTB berturut-turut mulai dari gempa bermagnito 6,4 Skala Richter pada kamis (29/7). Hingga bermagnito sebesar 7 skala richter pada minggu (05/8) malam berpusat di lombok bagian timur sekitar pukul 18.45 WIB, ditambah dengan deteksi BMKG yang berpotensi tsunami. Kemudian disusul dengan gempa yang bermagnito 5,6 Skala Richter dengan pusat gempa di area Lombok bagian utara pada pukul 19.49 WIB. Dan gempa selanjutnya bermagnito 5 Skala Richter dibagian Barat laut Lombok Utara pada pukul 20.07 WIB. Membuat semua warganya panik ketakutan dan berhamburan berlarian mencari perlindungan. Bencana alam yang terjadi di Indonesia kali ini membuat seluruh warga Indonesia bersatu memberikan berbagai macam dukungan untuk membangkitkan dan membangun semangat kembali pada salah satu belahan tanah air yang sedang diuji. Termasuk dengan dukungan FLP yang berkolaborasi dengan salah satu Lembaga Zakat Nasional Bank Syariah Mandiri (LAZNAS BSM) turut andil melakukan berbagai bentuk kepeduliannya untuk bencana gempa bumi ini. Salah satunya adalah bentuk Trauma Healing bagi warga dan khususnya bagi anak-anak Lombok.

Lagi, sebelum penulis memulai cerita dari petualangan hidup kali ini. Penulis akan menjelaskan sekaligus memperbaiki persepsi yang sering disalah kaprahkan banyak orang, tentang Trauma Healing. Bagi pembaca yang merasa tidak perlu tahu alias mungkin sudah tahu, penulis rela dicukupkan untuk membaca kunjungan postingan kali ini. Sebab penulis pun mendapatkan ilmu baru ini selama menjadi relawan di Lombok.

Oke, kepergian penulis untuk terjun menjadi relawan bencana kali ini adalah berfokus pada program Trauma Healing yang dilakukan oleh FLP dan LAZNAS BSM. Dari pihak FLP mempercayakan pendelegasian untuk program ini kepada beberapa orang yang memiliki beberapa kriteria yang diberikan. Bersyukur salah satu orang yang berkesempatan mendapatkan panggilan tersebut adalah penulis. Pencarian ilmu dan wawasan tentang trauma healing yang sebelumnya penulis maksud ternyata ada kesalahan di sini. Apa itu? Mari kita belajar bersama dan saling mengoreksi.

Sebenarnya, Trauma Healing yang dimaksud dalam kondisi seseorang pasca mengalami bencana dilakukan oleh orang-orang yang ahli dibidangnya seperti psikiater ataupun sikolog. Dengan cara dan metode yang mendalam. Idendifikasi dan pemeriksaan secara khusus. Seseorang dikatakan trauma dan memerlukan healing akan diketahui pasca kejadian bencana yang dialami telah berlalu lama. Ia akan mengalami berbagai hal yang membuat seseorang mengalami trauma bereaksi secara berlebihan. Bahkan bisa mengganggu aktifitasnya. Seperti sering bermimpi gempa, sedikit ada sesuatu yang bergoyang ia akan bereaksi berlebihan, ada suatu kekhawatiran atau ketakutan yang berlebihan. Dan ini jika tidak ditangani oleh psikiater atau sikolog ataupun terapis yang ahli dibidangnya, akan menjadi kesalahan yang fatal pada proses penyembuhannya.

Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan yang disebut dengan Trauma Healing pada proses pemulihan pasca gempa yang dilakukan oleh penulis bukanlah yang telah penulis uraikan diparagraf sebelumnya. Melainkan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembalikan keberanian, kecerian, ketenangan, dan semangat melalui berbagai macam kegiatan yang telah dirancang, diusulkan, dimodifikasi dan diidekan dari arahan sebelumnya kemudian diaplikasikan kepada warga dan anak-anak terdampak bencana. Kegiatan ini seharusnya bukanlah bentuk Trauma Healing, akan tetapi salah satu kegiatan Stress Healing. Namun sayang, sebutan Trauma Healing lebih dikenal, melekat dan booming terlebih dahulu dari pada Stress Healing.

Kondisi ketakutan dan masih adanya khawatir pasca gempa atau mengalami suatu kejadian merupakan hal wajar yang dialami. Dan untuk memulihkannya kembali dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan Stress Healing yang menyenangkan dan bersemangat. Akan tetapi jika hal ini berlanjut sampai lamanya tak hingga pasca kejadian, maka dari itu diperlukan penanganan khusus berupa Trauma Healing tersebut.  Jadi, bagaimana pendapat pembaca dengan penggunaan istilah Trauma Healing atau Stress Healing ini? Lebih tepat dan benar mana penggunaannya? Yuk, kita belajar bareng, sembari penulis akan berlanjut pada penyajian petualangan selanjutnya. Sabar ya.. Selamat membaca. ^ ^




Read More »

Rabu, 28 Maret 2018

Benarkah untuk Mengabdi?

Ada sebuah pemikiran yang sejak dulu ingin dibagikan. Dan akhirnya, penulis sedang memprosesnya melalui sebuah buku yang sedang diikhtiarkan untuk segera terbit. Mohon doanya ya. Ini tentang pemuda, generasi bangsa, penggerak peradaban, yang ditangannya terpenuhi dengan asa yang luar biasa, penggenggam dunia untuk lebih baik dan intinya tentang kader masa depan. Berbicara soal pemuda, ada rasa yang menggebu di hati. Apalagi kalau bahasannya yang berembel-embel pengabdian. Kenapa itu? Yuk duduk bareng, tuntaskan coretan dari penulis ini. Dan kita saling sharing ya… Di sini dilarang gontok-gontokan tapi boleh membenarkan atau beropini sesuai sudut pandang masing-masing agar penulis pun bisa belajar bersama.

Suatu ketika penulis pernah melakukan suatu diskusi bersama seorang pemuda yang luar biasa. Tidak perlu diceritan siapa dia, pokoknya luar biasa. Bahasannya seperti yang dituliskan diatas ya, tentang pemuda. Pemuda yang dibahas di sini adalah tentang pemuda yang merindukan kekonsistenan akan sebuah cinta. Perjuangan akan sebuah kesadaran akan peletakan rasa rindu. Cinta dan rindu yang seperti apa? Selesaikan dulu sebelum dicukupkan.

Pemuda, negeri, ekspedisi nusantara jaya, enj, rintara jatim, rintara jaya jawa timur, pulau terpencil, kemenko maritim, pengabdian, sosial, mengabdi untuk negeri, leadership, delegasi, karya, masalembu, masakambing, program, ENJ
Pulau Masalembu (Doc. Pribadi)
Pembaca pernah bersua bersama penulis di sepucuk suratnya yang pernah tertuang disini? Baca dulu ini (Bagaimana Kabarmu, Negeri?). Salah satu petualangan yang pernah dicoba oleh penulis untuk menjajaki buminya Sang Maha Pemilik adalah pulau terpencil yang ada di laut lepas Jawa bagian ujung pulau Madura di Sumenep dan lebih ke Kalimantan dengan letak pulau yang nyempil, kecil, dan hampir tak terjamah. Padahal ada kehidupan dan potensi alam luar biasa di sana. Masalembu dan Masakambing dua dari berbanyak pulau terpencil yang diketahui oleh penulis dan pernah di meletakkan kakinya di pulau tersebut. Dalam setiap perjalanan pastikan akan banyak cerita dan ilmu yang didapat per setiap alurnya. Jangan biarkan untuk merugi dengan hanya membawa sedikit cerita atau sedikit sekali pengalaman. Usahakan membawa buah tangan yang lebih banyak dari teman seperjalanan atau rombongan. Bagaimana caranya? Pembaca yang bisa menentukannya asal dilarang MALAS. Jadilah yang terbeda dengan keberanian yang luar biasa jika berkeinginan mengetahui dan mendapatkan buah tangan berbeda untuk berilmu serta jauh lebih paham agar bisa melihat dunia dengan lebih baik.

Pemuda, negeri, ekspedisi nusantara jaya, enj, rintara jatim, rintara jaya jawa timur, pulau terpencil, kemenko maritim, pengabdian, sosial, mengabdi untuk negeri, leadership, delegasi, karya, masalembu, masakambing, program, ENJ
Dermaga Pulau Masalembu (Doc. Pribadi)
Dilanjut ya, penulis pernah terlibat dalam satu program pendelegasian pemuda oleh KEMENKO maritim ke pulau-pulau terpencil di Ekspedisi Nusantara Jaya Perintis Jawa Timur yang akhirnya mengantarkan penulis terlibat dalam Rintara Jaya Jawa Timur. Ingin sekali membedah satu program tersebut. Sebab geramnya penulis. Tapi untuk detailnya, dilain kesempatan saja. Bukan hal bedah membedah itu yang ingin disampaikan penulis di sini. Tapi sebuah pemikiran. Ingat sekali lagi, sesuai dengan rujuan tulisan diawal. Penulis ingin berbagi, boleh sharing jika perlu disharingkan. Biar sama-sama menambah wawasan dan berilmu.

Memang benar, pemuda banyak sekali ide-idenya, keinginannya dan impian lainnya. Sebab penulis pun demikian. Tapi yang seperti apa dulu ide dan keinginnannya? Dipikirkan dengan segala pertimbangannya. Dewasa ini, gencar-gencarnya program dari si A, si B, C, D dan sebagainya dengan bau-bau mengabdi untuk negeri, berbagi untuk sesama, dan sejenisnya yang dilakukan di berbagai daerah, khususnya untuk daerah-daerah tertinggal atau pulau terluar. Yang akhirnya, banyak pemuda yang berbondong-bondong menggandrunginya dengan berbagai macam motivasi, alasan, sebab dan tetek bengek lainnya yang dibuat sedemikian rupa bagusnya untuk meyakinkan sang penyeleksi atau penyelenggara agar bisa mengikuti program yang diselenggarakan.

Ini rahasia umum sebenarnya, orang yang sekiranya berpotensi, kualitas bagus dan dengan tulus akan dinilai dari berbagai macam sisi hingga akhirnya ia yang terpilih untuk menjalankan program. Menjalankan dan menyukseskan setiap langkah dari programnya. Kemudian, dengan adanya program tersebut pastinya ada harapan yang tersimpan oleh penyelenggara untuk memahami arti yang sebenar-benarnya tagline atau hastag atau apalah yang mereka buat untuk menarik peminat atau pembaca untuk terlibat dalam program yang dimaksud. Tapi kadang, ada renungan disini. Benarkah program yang dijalankan telah sukses dan terjalankan dengan baik? Dan tagline yang dibuat, dituliskan, digemborkan, telah terpahamkan dibenak para pemuda yang terpilih itu? Jawabannya ada pada hati pembaca. Sebab, banyak diluar sana dengan program-program yang serupa hanya menghasilkan dan mengetahui alumni dari si A, si B, atau apalah yang ujungnya hanya untuk sekadar mengumpulkan orang-orang yang berpotensi dan kemudian lupa dengan yang diperjuangkan di tempat pengabdiannya. Atau bukan dibilang lupa, tapi program yang dijalankan hanya sebagai pencitraan belaka untuk mengangkat namanya, atau pun memenuhi curriculum vitae bahwa pernah melakukan hal tersebut.

Seribu banding satu sebenarnya pemuda yang tersaring dari program-program serupa dari tahun-ketahun yang terbukti dengan tulus memahami arti dari hastag atau pun tagline yang dibuat. Karena sejatinya, menurut penulis arti dari semua tagline dan apapun program yang diidekan, dibuat, dan dijalankan. Hal yang terpenting adalah keberlanjutan dari itu semua yang bisa dikatakan bahwa paham atau tidaknya pemuda pilihan tersebut. Bagi penulis, terserah apapun nama media yang menjalankan ide-ide dari pemudanya yang terpenting adalah hati untuk melakukan dan mewujudkan keberlanjutan dari adanya program kerja atau kegiatan yang dibuat. Sebab segala sesuatu yang dilakukan letak poin terberat dan perhatian adalah keberlanjutan dan istiqomahnya. Agar arti dari semua tagline yang dibuat paham dengan pemahaman yang berbeda untuk masyarakat yang dibilang cinta dan merindukan kejayaan negeri ini. Bukan hanya sekadar ikut-ikutan dan menjalankan jobdesk, menambah teman, dan berpengalaman. Bagaimana untuk pembuktiannya agar bisa dikatakan pemuda yang berbeda dan paham menurut penulis? Caranya ada pada diri pembaca sendiri dengan berlandaskan ilmu, keyakinan dan pengajaran agama, serta kepemahaman dari pembaca pula.

Lagi, sebagai penutup dari penulis. Hanya ingin berbagi dan berpendapat, sharing serta mencari ilmu pula dari pembaca yang paham akan makna dari mengabdi yang dimaksud penulis disini atau mengajak berkolaborasi bersama. Selamat berkarya dan tetap semangat. Yuk kenali penulis dari berbagai media baik social media ataupun email. Salam pena ^ ^
Read More »

Senin, 26 Maret 2018

Berinspirasi Melalui Sepasang Kekasih dari Omah Padma

Inspirasi berkelana menyumbang datangnya berkah. Satu kalimat telah tertuang dalam perjalanan mengisi waktu dalam hidup.

Bagi pembaca yang belum mengenal penulis, yuk kenalan dulu melalui tulisan ini. Sok sekali ya, tidak papa. Biar tidak membosankan, awali saja dengan perkenalan. Tapi, jangan mulai mengkerutkan dahi ya. Jangan sampai rela meninggalkan note ini. Benar?? He-he-he.

Yuk lah, dilanjut. Ada sebab penulis buka note ini dengan kalimat pertama di atas. Saat ini, bisa dibilang sedikit sekali orang-orang yang peduli dengan pelestarian budaya dan pengembangannya. Padahal, jika kita tahu ada banyak pintu-pintu berkah yang bisa dibuka. Salah satunya di Omah Padma. Tempat yang dimiliki oleh dua inspirator yang penulis temui minggu ini (16/3) bersama teman-teman penulis dari FLP Surabaya yaitu bunda Wina Bojonegoro dan suaminya seorang pelukis handal.

omah padma, wina bojonegoro, travel writing, rekreasi menulis, pasuruan, dusun semambung, muyasaroh, inspirasi, berbagi, sosial, ruang budaya, literasi, tradisional, pelukis, lukisan, galeri
Omah Padma (Doc. pribadi)
Omah padma berada di Pasuruan. Tempatnya ditengah-tengah perkampungan Dusun Semambung. Omah padma, merupakan omah impian bunda dan suami yang mulai gaung dibicarakan akhir-akhir ini. Di sini, ada dua yang menjadi fokusan adanya Omah Padma. Pertama tentang literasi dan kedua rumah budaya. Ada rasa berbeda ketika kaki telah menginjak di tempat ini. Ketika bunda mulai bercerita tentang adanya omah ini. Bunda sangat tulus dengan impian membesarkan Omah Padma bersama suami dengan pemberdayaan orang-orang desa. Sekaligus memberikan edukasi dan pengetahuan kepada warga sekitar.

omah padma, wina bojonegoro, travel writing, rekreasi menulis, pasuruan, dusun semambung, muyasaroh, inspirasi, berbagi, sosial, ruang budaya, literasi, tradisional, pelukis, lukisan, galeri
Ruang Berbagi Bersama Bunda Wina Bojonegoro (Doc. Pribadi)
Melalui omah ini, akan ada generasi-generasi yang melestarikan budaya di negeri ini yang mulai termakan oleh zaman. Menumbuhkan dan menjaga kecintaan terhadap kekayaan dan kearifan lokal ditengah-tengah kemalutnya tradisi asing dalam negeri sendiri. Jika kita menganalisa, adanya Omah Padma di tengah desa ini sangatlah menginspirasi. Perjuangan bunda dan suami untuk menghidupkan omah ini sangatlah romantis. Pemberdayaan masyarakat dan pendekatannya agar diterima oleh masyarakat sekitar sangat luar biasa. Bukan pendapatan berupa materi yang beliau harapkan. Justru pemberdayaan secara tulus untuk perkembangan masyarakat di desa ini yang mesti kita pelajari bagi pemuda yang bau kencur seperti penulis ini. Di Omah Padma ada beberapa edukasi juga yang diberikan bunda secara cuma-cuma. Seperti pelatihan kerajinan bagi warga, les bahasa inggris bagi anak-anak desa, dan pembinaan lainnya. Bunda tidak akan segan mendatangkan pelatih yang unggul dari kota Surabaya untuk kemajuan warga desanya yang mau berkembang. Ini loh, pelajaran dari kehidupan yang secara langsung didapat penulis melalui sepasang kekasih yang juga seorang penulis dan pelukis. Semoga setiap perjalanan dan impian bunda dan suami membawa berkah bagi kemaslahatan orang banyak. Semangat berkarya ^ ^
omah padma, wina bojonegoro, travel writing, rekreasi menulis, pasuruan, dusun semambung, muyasaroh, inspirasi, berbagi, sosial, ruang budaya, literasi, tradisional, pelukis, lukisan, galeri
Ruang Inspirasi Kegiatan Omah Padma (Doc. Pribadi)
omah padma, wina bojonegoro, travel writing, rekreasi menulis, pasuruan, dusun semambung, muyasaroh, inspirasi, berbagi, sosial, ruang budaya, literasi, tradisional, pelukis, lukisan, galeri
Galeri Lukisan Omah Padma (Doc. Pribadi)


Read More »

Kamis, 22 Maret 2018

Sarasehan Rakyat untuk Menuju Desa Berdaya

Malang (10/3) tepatnya di Candi Kidal, Desa Kidal Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang sedang ramai didatangi warga sekitar desa. Kali ini, desa yang menyimpan banyak potensi ini akan kedatangan orang-orang yang dinanti lama oleh warga. Acara Sarasehan yang diadakan oleh warga desa Kidal ini dimotori oleh Rumah Inspirasi Angrek KCB untuk menjadikan desa candi sebagai desa yang berdaya. Dengan mengusung tema yang sangat menarik untuk disimak, yaitu ”Peran Masyarakat Termarginal dalam Pemberdayaan dan Pengentas Kemiskinan dengan Program BUMDES” acara ini dihadiri oleh Bapak Profesor Dr. Haryono, MA. Phd (Ketua Tim Penasehat Mentri Desa), Dr. H. Rendra Kresna (Bupati Malang), Ibu Sapto Yuli Isminarti (Tokoh Pengentas Kemiskinan) dan Ibu Sri Suhartini, STP. M.Env. Mgt. Phd (Perwakilan dari LPPM Universitas Brawijaya Malang).
 
sarasehan, warga, marginal, candi, candi kidal, tumpang, malang, kota, profesor haryono, bupati malang, DH rendra kresna, Sapto yuli isminarti, sri suhartini, LPPM, universitas brawijaya, desa, desa berdaya, pengentas kemiskinan, pejabat, suara rakyat, bumdes, pertanian, peternakan, alam, potensi
Sarasehan Rakyat (Doc. Pribadi)
Acara sarasehan ini dimulai pada pukul 13.00 WIB yang diawali dengan sebuah tari tradisional asli dari Candi Kidal yaitu tari Gamdea. Setelah sambutan yang hangat dari Bapak Kelurahan sebagai wakil dari warga desa dilanjutkan dengan sambutan dari Bapak Bupati Malang. Antusias warga untuk memenuhi acara ini sangat tinggi. Mulai dari berbagai kalangan kelompok pertanian, peternakan, ibu-ibu PKK desa, warga sekitar, pejabat kabupaten malang, perangkat desa dan mahasiswa.

Sarasehan ini sengaja diadakan untuk menjaring aspirasi warga desa terhadap kemajuan desa Kidal. Sebab banyak potensi alam yang ada di sekitar candi namun belum maksimal dalam pengolahannya. Misalkan, di desa Kidal ini banyak menghasilkan buah Nangka dan duku. Tapi sayang, fakta dilapangan, harga dari penjualan buah di desa tersebut sangat murah dan belum maksimalnya pengelolahan yang dapat meningkatkan nilai jual. Selain itu cara produksi dan bentuk merketing dari adanya pengelolahan potensi alam tersebut dibutuhkannya pendampingan dan perhatian dari berbagai kalangan, baik pemerintah, akademisi dan pemuda di sekitar.

sarasehan, warga, marginal, candi, candi kidal, tumpang, malang, kota, profesor haryono, bupati malang, DH rendra kresna, Sapto yuli isminarti, sri suhartini, LPPM, universitas brawijaya, desa, desa berdaya, pengentas kemiskinan, pejabat, suara rakyat, bumdes, pertanian, peternakan, alam, potensi
Menjaring Aspirasi Rakyat (Doc. Pribadi)
Dalam acara ini, setelah aspirasi disuarakan oleh warganya sendiri, prof. Dr. Haryono mengajak seluruh warga desa untuk bersama-sama bangkit dan bergerak. Sebab perubahan terbesar ada dan berasal dari diri warga desanya. Dan sebagai penutup dari acara sarasehan tersebut profesor juga mengajak seluruh elemen desa, pemuda, akademisi dan pemerintah untuk berkolaborasi dan siap untuk menerima pengajuan desa agar kehidupan warga desa disekitar candi lebih baik lagi , baik dari segi potensi alam, lingkungan, pariwisata dan budaya lokal.

sarasehan, warga, marginal, candi, candi kidal, tumpang, malang, kota, profesor haryono, bupati malang, DH rendra kresna, Sapto yuli isminarti, sri suhartini, LPPM, universitas brawijaya, desa, desa berdaya, pengentas kemiskinan, pejabat, suara rakyat, bumdes, pertanian, peternakan, alam, potensi
Sambutan dari Warga Desa dengan Tari Gamdea (Doc. Pribadi)
Read More »

Rabu, 21 Maret 2018

Ekspedisi Netra

Boleh ya, saya bercerita sedikit? Tentang sebuah kekaguman. Saya termasuk follower satu akun Instagram (IG) dari kang aboy dari FLP (Forum Lingkar Pena) Jawa Barat setelah kepulangan dari MUNAS (Musyawarah Nasional) Nopember 2017 lalu, yang membuat saya kepo. Bukan persoalan kepo orangnya ya. Tapi tentang petualangan yang mengundang perhatian saya setiap kali muncul ketika membuka IG. Apa itu? Sabar... Sejenak merenggangkan otot-otot jari terlebih dahulu.

Sebenarnya, ada satu hobi yang terlanjur jatuh cinta ke dunianya. Yaitu sebuah petualangan tentang pendakian. Mendaki gunung dengan ketinggian berapapun asal mampu dan sanggup. Bukan hanya mendaki yang asal-asalan loh ya, tapi harus turut mencintai alam sekitarnya. Ada yang sama hobinya? Yuklah, kapan-kapan kita mencurahkan hobi kita bersama. Dimanapun, apalagi gunung di Jawa Timur, khatam mungkin (lebay dikit) he-he-he. Tapi tetap, moment saat muncak di Mahameru yang belum terlupakan. Aits, panjang lebar nanti bahasan tentang Mahameru. Padahal bukan ini yang hendak saya ceritakan. Ada yang lain, lebih amazing.
ekspedisi netra, FLP, Gunung, pendaki, petualangan, puncak, gunung manglayang, jawa barat, tuna netra, pantera, unpad, bandung
Ekspedisi Netra (Photo by kang aboy)
Beberapa kali saya melakukan petualangan mendaki gunung. Belum pernah saya menjumpai kegiatan mendaki yang sungguh berbeda kali ini. Namanya "Ekspedisi Netra" atau dikenal juga dengan Blind Expedition. Kegiatan ini merupakan ekspedisi pendakian bagi tuna netra yang diselenggarakan oleh Pantera Fisip Unpad bersama ElHijab ke gunung Manglayang pada tanggal 2-3 Desember 2017 lalu, yang sekaligus bertepatan dengan hari Disabilitas Internasional. Bagi pembaca yang pernah melakukan pendakian ke sebuah pegunungan pastilah tahu, bagaimana menantangnya pendakian yang dilakukan oleh para pecinta alam. Maaf sebelumnya, saya harus menuliskan sebuah ungkapan ini. Bagi seseorang yang normal dalam penglihatan saja, mendaki gunung tidak bisa dikatakan mudah. Apalagi ini pendakian yang dilakukan oleh seorang yang belum seberuntung kita. Sungguh membuat merinding kala saya kepo dengan kegiatan ekspedisi ini.
ekspedisi netra, FLP, Gunung, pendaki, petualangan, puncak, gunung manglayang, jawa barat, tuna netra, pantera, unpad, bandung
Pendakian Ekspedisi Netra (Photo by Ekspedisi Netra)
Banyak persiapan yang dilakukan sebelum memulai pendakian selama beberapa bulan bersama tim Pantera, termasuk simulasi dikawasan hutan Unpad dan bahkan jalur pendakian awal Manglayang. Ekpedisi netra dilakukan oleh 20 orang pendaki. Terdiri dari delapan orang dewasa netra dari pertuni Kab. Bandung. Sedang 12 orang lainnya adalah siswa-siswi dari SLB A Negeri Bandung. Mereka melakukan ekspedisi ini dibantu oleh orang-orang yang sangat luar biasa di balik layar. Seperti para pendamping dari Pantera sendiri, Guru-guru SLB A Negeri Bandung, Volunteer dari Elhijab, dan Himpala Elcorp. Sungguh..semakin membuat saya semakin tergelitik untuk mencari tahu bagaimana mereka bisa melakukan pendakian hingga puncak. So amazing.
ekspedisi netra, FLP, Gunung, pendaki, petualangan, puncak, gunung manglayang, jawa barat, tuna netra, pantera, unpad, bandung
Proses Pendakian (Photo by Ekspedisi Netra)
Pendakian dilakukan selama empat jam lebih untuk sampai ke puncak gunung Manglayang tanpa ada kendala apapun. Sebab sebelumnya ada pembekalan dan persiapan yang benar-benar matang. Hebatnya dan sungguh luar biasanya, teman-teman tuna netra tetap saling mendukung dan bergandengan dalam setiap perjalanan ekspedisi ini. Bahkan selalu solat lima waktu secara berjamaah di puncak gunungnya. Sungguh, membuat saya merinding. 
ekspedisi netra, FLP, Gunung, pendaki, petualangan, puncak, gunung manglayang, jawa barat, tuna netra, pantera, unpad, bandung
Menuju Puncak Gunung Manglayang Ekspedisi Netra (Photo by Ekspedisi Netra)
Sekali lagi, kegiatan ekspedisi ini adalah hal yang benar-benar luar biasa. Ketidak sempurnaan dalam diri manusia tidak bisa menghalangi tekad dan niat kesungguhan dalam diri seseorang untuk merasakan sesuatu yang banyak dikatakan tidak mungkin oleh orang di luar sana. Keindahan dan kenikmatan dari alam bebas tidak semuanya bisa dirasakan oleh mata, tapi hati yang tetap berjuang dan bersyukur kepada Sang Pembuat Keindahan itu sendiri. Sangat menginspirasi sekali ekspedisi netra ini. ^ ^
ekspedisi netra, FLP, Gunung, pendaki, petualangan, puncak, gunung manglayang, jawa barat, tuna netra, pantera, unpad, bandung
Upacara Peringatan Hari Disabilitas Internasional di Puncak Gunung Manglayang Ekspedisi Netra (Photo by kang Aboy)

Read More »